Dari bilik studio siaran Airmen Radio itu, suara renyah Sersan Mayor (Serma) Mei Arista mengudara ke seantero nusantara, bahkan dunia. Tubuh tinggi tegap, dibalut baju dinas Korps Wanita TNI Angkatan Udara (Wara), membuat wibawanya sebagai prajurit begitu terpancar.
“Selamat siang sahabat Airmen. Senang sekali, saya Nia, kembali menjumpai anda dalam acara Serka, Serdadu Berkaraoke,” kata Arista memulai siarannya.
Saat di depan mikrofon studio siaran, Arista begitu luwes dan santai menyapa pendengar setianya. Mendengar suaranya saat siaran, tidak terbayang kalau dia seorang tentara yang terbiasa bersikap dan berbicara tegas.
Arista bisa berbicara ceplas-ceplos seolah tanpa beban. Itulah saat ia berubah menjadi seorang penyiar radio profesional.
“Ini tugas yang menyenangkan, karena kita bisa melepas rutinitas pekerjaan dengan bersiaran. Kita bisa berkomunikasi dengan pendengar, puter lagu sekaligus menyampaikan info-info tentang kegiatan TNI AU dan dunia kedirgantaraan,” kata Mei Arista saat ditemui di tengah siaran.
Serma Mei Arista adalah satu dari sebelas prajurit TNI AU yang mendapat “tugas” menjadi penyiar di Airmen Radio. Ini adalah radio siaran komunitas milik TNI AU yang dikelola Dinas Penerangan (Dispenau).
Airmen Radio yang berarti “Pecinta Dirgantara” ini, baru mengudara pada 2019. Tapi sejatinya, radio TNI AU berawal dari radio perhubungan di masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.
Puncaknya adalah saat radio PHB AURI dapat menyebarkan berita kawat taktis Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Berita disiarkan berantai melalui Stasiun Radio PC-2 di Playen Gunung Kidul Yogyakarta, hingga Perwakilan Republik Indonesia di PBB.
Menurut Kasubdis Sejarah Dispenau Kolonel Maylina, juga penyiar Airmen, Radio Angkatan Udara sempat vakum di medio 1960-an. “Baru pada tahun 2019, Kasau saat itu, Marsekal TNI Yuyu Sutisna meresmikan beroperasinya Airmen Radio,” kata Maylina.
Selain bisa didengar lewat siaran terestrial, Airmen Radio dapat diakses secara daring melalui aplikasi streaming. Pendengar tinggal mengunduh aplikasinya di Playstore, sehingga bisa mendengarkan dari manapun di seluruh dunia.
Bagi personel Dinas Penerangan TNI AU, menjadi penyiar di Airmen Radio adalah berkah sekaligus kebanggaan tersendiri. Padahal, mereka harus menempuh perjalanan sejam dari Mabes di Cilangkap ke Studio Airmen Radio di Cipinang untuk siaran.
“Dan setelah selesai siaran, kita harus balik lagi ke Mabes AU untuk melanjutkan pekerjaan. Tapi kita bangga, karena bisa menjelaskan ke masyarakat tentang apa yang sudah dilakukan TNI AU untuk menjaga kedaulatan kita,” ucap Maylina yang juga menjadi pengawas di Airmen Radio.
Kebanggan Dirgantara
Airmen Radio punya Tagline “Gelegar Informasi Dirgantara”, yang berarti informasi yang disampaikan harus menarik perhatian publik. Informasinya juga memberikan pencerahan terkait isu-isu kedirgantaraan kepada masyarakat.
“Harapannya, setelah mendengarkan siaran Airmen Radio, masyarakat makin tahu, makin mengerti, makin paham dan makin cinta TNI AU khususnya, serta pada dunia kedirgantaraan umumnya,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah.
Menurut Indan, masyarakat perlu memiliki kebanggaan terhadap kejayaan dirgantara nasional. Karena, ini terkait dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat.
“Karena dirgantara bukan lagi sekadar ruang kosong, tetapi harus dimaknai sebagai media strategis. Dan ini harus dapat didayagunakan untuk banyak kepentingan, baik ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan,” kata Indan.
Nah, lewat Airmen Radio inilah masyarakat tahu bahwa TNI AU bukan cuma soal pesawat tempur canggih. Masyarakat juga tidak sekadar tahu pilot-pilot yang hebat di TNI AU.
Tapi, di sana masyarakat menerima banyak lagi cerita tentang kiprah TNI AU untuk masyarakat dan bangsa Indonesia. Cerita prajurit di daerah bencana, penjaga radar di daerah terpencil, hingga penerimaan prajurit, bisa menjadi bahan siaran.
Informasi yang dikabarkan bisa pula soal kiprah prajurit di operasi militer perang maupun non-perang. Tanpa terkecuali, informasi tentang potensi maupun olahraga dirgantara masuk di dalamnya.